Pada masa-masa di saat kita perlu mencari hal-hal positif untuk melawan pandemi, ada banyak hal baik yang terjadi di lingkungan kita. Di ruang-ruang terbuka di berbagai belahan planet ini menjadi lebih hening, padahal sebelumnya tenggelam oleh kehidupan normal yang riuh dan bising.
Di kota-kota, deru lalu lintas dan konstruksi serta pesawat-pesawat yang melintas di atas kepala telah menciptakan paduan suara fajar yang riuh. Simfoni kicau burung belakangan ini lebih terdengar dibandingkan beberapa dekade sebelumnya di sejumlah kota.
Bahkan kedalaman laut lebih tenang dengan lebih sedikit kapal di laut, dan ahli biologi kelautan mengambil kesempatan langka ini untuk mempelajari dampak dari berkurangnya getaran dari dalam bumi.
Emisi di seluruh dunia turun dan udara yang kita hirup lebih bersih. Satwa liar di sungai dan muara, ladang dan pagar tanaman dan bahkan di pinggiran kota, membuat sarang tanpa adanya gerombolan manusia dan kendaraan.
Sisi Lain
Berkurangnya aktivitas manusia akibat pandemi tak hanya berdampak baik bagi alam dan lingkungan, tapi juga ada di sisi sebaliknya yang patut diketahui.
Seperti yang dilaporkan The Guardian dari Selandia Baru, pengendalian hama dianggap program tak penting bagi pemerintah; sebuah keputusan yang para ahli katakan menempatkan hewan liar yang rentan seperti anak burung dalam risiko, karena jumlah tikus yang melonjak.
Pandemi telah mempersulit upaya konservasi, dengan berbagai proyek konservasi yang ditunda dan terancam ditunda, mulai dari penanganan spesies invasif seperti Himalaya balsam di Inggris hingga upaya berkelanjutan untuk melindungi macan tutul salju di Pakistan.
"Yang tiba-tiba membuat Anda sadar betapa banyak tugas yang diperlukan untuk melindungi apa yang tersisa dari keanekaragaman hayati kita. Dan betapa pentingnya upaya ini ditingkatkan dan diasah oleh pengalaman virus corona saat ini," tulis Editor Lingkungan Aljazeera, Nick Clark, dikutip Rabu (6/5).
"Jadi sangat menggembirakan mengetahui bahwa PR masih ada - bahkan tentang cara menata ulang ekonomi dengan cara yang tidak menghasilkan lonjakan emisi global, jika itu memungkinkan."
Stimulus Hijau
Minggu ini di Dialog Iklim Petersberg, diselenggarakan daring untuk pertama kalinya, para pemimpin dunia telah bergulat dengan perdebatan sengit terkait alokasi dana stimulus.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan: "Virus corona menunjukkan kepada kita bahwa kerja sama internasional sangat penting dan bahwa kesejahteraan satu negara selalu tergantung pada kesejahteraan orang lain ... kita tidak boleh mengesampingkan iklim tetapi berinvestasi dalam teknologi iklim."
Pemerintah Inggris melontarkan seruan dari PBB, mengatakan, tugas setiap kepemimpinan yang bertanggung jawab untuk melihat bahwa ekonomi dihidupkan kembali dan dibangun kembali, dengan berinvestasi di industri dan infrastruktur yang dapat mengubah gelombang perubahan iklim.
"Anda harus berharap ini bukan hanya kata-kata hampa. Dengan satu atau lain cara, ini adalah momen yang menentukan," tulis Clark.
"Jika pemerintah mengalihkan sumber daya yang ditandai untuk perubahan iklim untuk mengatasi pandemi," kata Niklas Hohne dari NewClimate Institute, "pemulihan ekonomi dari Covid-19 hanya akan menjerumuskan dunia lebih jauh ke dalam krisis iklim."
0 komentar: